Kamis, 31 Oktober 2019

Georg Simmel: Sosiologi Tanpa Sosiolog



Georg Simmel lahir di Berlin pada 1 Maret 1858 dan meninggal pada 26 September 1918 di Alsace, Strasbourg. Walaupun sekarang diketahui sebagai salah satu tokoh sosiologi klasik, karir akademik Georg Simmel boleh dibilang tak sebesar karyanya yang hingga kini masih kerap kali dibuat referensi. Simmel merupakan sosiolog yang secara formal terasing, tetapi mempunyai dampak besar pada sebagian intelektual yang  pernah menjadi muridnya. Sebagian diantaranya merupakan Albion Small, George Herbert Mead, Robert Park, dan W. I. Thomas. Simmel juga adalah kolega sebagian pemikir besar pada masanya seperti Max Weber dan Wilhelm Dilthey.






Memandang kontribusi intelektual Georg Simmel di bidang sosiologi, tidak diragukan lagi, dia merupakan salah satu intelektual yang berakibat lebih-lebih di Eropa dan Amerika. Namanya barang kali kurang terdengar di belahan dunia lainnya, tetapi sebagian konsep Simmel familiar luas. Studi sosiologis seputar jejaring sosial dan interaksi sosial yang sekarang populer tidak jarang menempatkan karya Simmel sebagai fondasi teoritisnya.

Georg Simmel adalah keturunan keluarga Yahudi, buah hati terakhir dari tujuh bersaudara. Padahal berdarah Yahudi, Simmel dikala muda beralih afiliasi agama menjadi seorang Protestan. Pada ketika itu di Jerman tak aneh sekiranya seorang buah hati bermigrasi keyakinan dari Yahudi ke Protestan. Afiliasi pada agama Yahudi dianggap menjadi penghambat karier seseorang terutamanya di Jerman abad 19 sampai permulaan abad 20. Tahun 1876, Simmel mengawali studi sejarah dan filsafat di the King Fredrick William University. Pada umur 23, Simmel mendapatkan gelar akademik sesudah sukses mempertahankan disertasinya seputar filsafat Kant.


Simmel memulai karir sebagai dosen privat di Berlin, mendidik tata krama, filsafat, sosiologi, dan psikologi sosial dengan upah tergantung jumlah audiens yang hadir. Kuliah Simmel familiar fashionable dan banyak menarik tetamu dari kalangan intelektual Berlin. Rekannya, Wilhel Dilthey dari departemen filsafat berulang kali mensponsori Simmel untuk mendapat gelar penuh sebagai profesor. Walaupun universitas dan fakultas mempunyai kewenangan untuk mengajukan pemberian gelar profesor penuh, keputusan berada di tangan negara melewati kementrian Prusia.






Pada walhasil Simmel mendapat gelar profesor namun tak penuh. Kewenangannya diatur cuma pada mendidik dan penerapan gelar. Merekrut murid dan memberi tuntunan mahasiswa bukan kewenangannya. Keterbatasan ini diindikasi sebab dua hal. Pertama, rasnya sebagai keturunan Yahudi. Kedua, ilmu sosiologi yang dididik Simmel dianggap beraliran anti-positivis, sebuah aliran berdaya upaya yang dianggap mengancam stabilitas negara pada waktu itu. Simmel mendidik sosiologi tanpa dukungan formal sebagai sosiolog.

Sebagian kontribusi penting Simmel pada sosiologi dan ilmu sosial lainnya mencakup elaborasi dalam upaya menjawab pertanyaan, ”Apa itu gesellschaft?” Dalam esainya di buku yang berjudul Soziologie (1908), Simmel beranggapan bahwa sosiologi bukanlah ilmu pengertahuan, tetapi metodologi. Sosiologi merupakan metodologi untuk mengeksplorasi progres sosialisasi yang terjadi terus-menerus. Konsep sosialisasi yang dideskripsikan Simmel sekarang lebih kerap kali disebut dengan interaksi sosial. Sebagai metodologi, data penelitian sosiologi berasal dari disiplin ilmu lain, seperti psikologi dan antropologi.

Salah satu konsep penting yang dicetuskan Simmel dalam sosiologi merupakan formen atau forms. Pengunaan konsep formen memungkinkan untuk dunia sosial dapat dipahami. Berdasarkan Simmel, segala orang di dunai ini berinteraksi, dan melewati formen, interaksi hal yang demikian dapat dikategorisasi. Georg Simmel memandang tugas sosiologi untuk mengidentifikasi golongan dan variasi interaksi sosial. Formen bisa didefinisikan sebagai progres sosiasi, yakni progres kategorisasi realitas secara sosial.




Sebagai model, di sebuah masyarakat ada seorang pemimpin dan sebagian pengikut. Realasi antara pemimpin dan pengikut hal yang demikian menyusun pola interaksi tertentu. Misal, dikala seorang pengikut berjumpa pemimpin, dia kecup tangan pemimpin sebagai format penghormatan atau kesopanan atau apa saja namanya. Kecup tangan itu adalah suatu format interaksi. Format interaksi hal yang demikian dapat dipahami melewati formen, yakni kategorisasi antara pemimpin dan pengikut. Kita bahkan dapat mengidentifikasi mana pemimpin mana pengikut dikala memandang adegan kecup tangan. Demikianlah dunia sosial bisa dipahami berdasarkan Simmel.

Konsep lain yang juga penting dan dianggap juga sebagai fondasi teoritis konsep masyarakat jaringan merupakan dyad dan triad. Konsep dyad membuktikan dua entitas yang terikat satu sama lain. Padahal triad merupakan tiga atau lebih entitas yang saling terikat. Dyad dan triad merupakan dua konsep yang menetapkan bagaimana progres formen berlangsung. Dyad adalah konsep yang unik sebab terdiri dari dua entitas atau ucap saja dua orang, dimana tanpa salah satunya, format interaksi dapat sirna. Sebagai model, aku dapat berpolemik dengan anda, melainkan seandainya anda pergi, aku tak dapat berpolemik lagi.


Padahal triad berbeda. Triad menyusun formen yang progresnya berbeda karena interaksi masih dapat konsisten berlangsung dinamis padahal sebagian silih berganti orang datang dan pergi. Sebagai model, tiga orang siswa makan di kantin sambil ngobrol. Dikala yang satu pamit ambil gorengan, yang lain masih dapat ngobrol. Interaksi masih dapat eksis. Gambaran yang gampang dipahami seputar perbedaan antara dyad dan triad merupakan laga bola dan catur. Dikala seorang pemain kena kartu merah, laga bola masih dapat dilanjutkan, melainkan catur tak. Konsep dyad dan triad dapat menerangkan pola interaksi dalam konteks yang lebih rumit, contohnya masyarakat kota dan masyarakat jejaring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar